Teknik fisika adalah
ilmu teknik atau rekayasa yang mempelajari berbagai bidang aplikasi ilmu dasar,
ilmu terapan dan pemanfaatan teknologi. Insinyur teknik fisika diharapkan
memiliki basis matematika, fisika, kimia yang kuat
serta ilmu perekayasaan yang menonjol karena bidang pekerjaannya yang
cakupannya sangat luas dimulai dari industri hulu hingga hilir.
Penjelasan
Teknik Fisika atau Engineering Physics adalah
disiplin ilmu yang tumbuh seiring dengan dan sebagai tanggapan terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia. Sejarah menunjukkan bahwa
program pendidikan Teknik Fisika di seluruh dunia, khususnya di Amerika Serikat,
Eropa dan Kanada, berkembang dimulai sejak tahun 1940-an setelah perguruan
tinggi menyadari perlunya mendidik satu jenis pendidikan keinsinyuran yang
mempunyai dasar yang kuat dan cukup luas terdiri dari ilmu-ilmu fisika dan
matematika, serta dasar-dasar engineering sesuai dengan perkembangan terakhir.
Disiplin baru ini diharapkan dapat menjembatani, mendekatkan dan turut serta
dalam berbagai kegiatan riset ilmu-ilmu terapan yang mendukung pengembangan
perekayasaan dan teknologi (engineering and technology).
Pada saat ini, para lulusan disiplin-disiplin
perekayasaan dan teknologi yang dikelola sesuai dengan pembagian disiplin
ilmu-ilmu teknik secara tradisional umumnya menghasilkan lulusan dengan
keahlian spesifik dan terspesialisasi. Hubungan antar disiplin perekayasaan dan
teknologi tersebut dengan ilmu-ilmu dasar murni dan ilmu dasar terapan belum
terjembatani. Adanya engineer yang dibekali dengan basis matematika dan fisika
yang kuat dan cukup lebar dapat meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan R&D
dan pemanfaatannya secara cepat di sektor-sektor industri dan dunia usaha.
Program studi Teknik Fisika dengan demikian dapat memasuki seluruh tahap proses
hulu ke hilir dalam aplikasi ilmu-ilmu dasar, ilmu-ilmu terapan hingga di
sektor hilir pada pengembangan engineering dan pemanfaatan teknologi. Oleh
karena fungsi, visi dan misinya, profesi Teknik Fisika sering disebut sebagai frontier
engineering, dan mampu bergerak pada garis batas pengembangan teknologi
baru yang memanfaatkan ilmu-ilmu dasar, matematika dan fisika.
Disamping itu, perkembangan yang cepat dari
teknologi mutakhir (advanced technologies) memerlukan insinyur-insinyur
yang mempunyai kemampuan antar-disiplin dan mampu dengan cepat mengasimilasikan
dirinya untuk memanfaatkan kemajuan-kemajuan terakhir dari ilmu pasti dan alam.
Seorang mahasiswa Teknik Fisika akan mendapatkan bekal yang cukup ilmu-ilmu
dasar (kimia, fisika dan matematika) serta ilmu-ilmu keteknikan dari berbagai
cabang (teknik mesin, teknik elektro, teknik kimia, teknik material). Integrasi
dari ilmu-ilmu pengetahuan ini sangat diperlukan untuk pengembangan teknologi
tinggi, baik yang berlangsung saat ini maupun yang akan terjadi pada masa yang
akan datang.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, pendidikan
Teknik Fisika pada strata pertama (S1) ditekankan pada penguasaan ilmu dasar
sains dan engineering yang kokoh, sehingga lulusannya dapat berperan sebagai
katalisator atau integrator/ koordinator/ fasilitator/ project leader dimana
usaha-usaha yang bersifat multidisiplin dalam industri, penelitan dan
pengembangan (R&D / research and development) dan
kegiatan-kegiatan lainnya. Pada strata yang lebih tinggi (S2), program
pendidikan diarahkan untuk memberikan bekal pada penguasaan ilmu-ilmu baru dan
penerapannya dalam berbagai bidang kajian dan industri. Bidang-bidang kajian
yang kini menjadi pilihan antara lain Computational Materials Science
& Engineering, Optics and Fiber Optics, Laser Communication,
Instrumentation and Computation Systems, Medical Instrumentations and
Biophysics, Control System and Engineering, dan Built-in
Environment, Vibration and Acoustics.
Sejarah Pendidikan Teknik Fisika di Indonesia
Pendidikan Teknik Fisika pertama kali diadakan
di ITB Bandung pada tahun 1950-an. Seiring dengan berjalannya waktu, tingkat
penyerapan industri di Indonesia semakin tinggi terhadap insinyur sehingga
program pendidikan yang sama perlu dibuka ditempat lain yaitu di ITS Surabaya.
Sejarah Teknik Fisika di ITB, Bandung
Pendidikan Teknik Fisika tumbuh di Indonesia
atas prakarsa ketua Fakulteit Teknik Universitas Indonesia, yang memandang
perlu mengisi lapisan pemisah antara sains dan Teknologi. Pada tahun 1950, Prof.
Dr.Ir. A. Nawijn, seorang ahli fisika teknik (natuurkundig Ingenieur) bangsa
Belanda, ditunjuk untuk mengelola jurusan pendidikan teknik yang masih baru itu
dengan nama Natuurkundig Ingenieur Afdeling. Pada tahun 1959 pendidikan teknik
tersebut diberi nama Bagian Fisika Teknik yang tergabung dalam Departemen
Fisika/Fisika Teknik, dengan ketua Prof.Ir. M.U. Adhiwijogo. Dalam waktu lima
tahun, jumlah mahasiswa bagian Fisika Teknik berjumlah 25 orang. Selama
perjalanan sejarahnya, Teknik Fisika ITB mengalami beberapa kali perubahan
struktur organisasi:
Tahun 1963, Bagian Fisika Teknik menjadi bagian
dari Departemen Fisika Teknik dan Teknologi Kimia. Tahun 1972, menjadi
Departemen Fisika Teknik, salah satu departemen di bawah Fakultas Teknologi
Industri. Tahun 1980, menjadi Jurusan Teknik Fisika dibawah Fakultas Teknologi
Industri. Tahun 1999, menjadi Departemen Teknik Fisika dibawah Fakultas
Teknologi Industri. Tahun 2005, menjadi Program Studi Teknik Fisika dibawah
Fakultas Teknologi Industri. Apapun namanya, pendidikan Teknik Fisika secara
konsisten mengajarkan dasar matematika dan rekayasa yang kuat pada
mahasiswanya, serta selalu mengejar teknologi terkini yang melibatkan
fenomena-fenomena fisika. Pada tahun 2007, program studi Teknik Fisika memiliki
kapasitas mahasiswa (student body) sekitar 500 orang, dengan total lulusan
lebih dari 2000 sarjana S1, 100 sarjana S2 dan 15 sarjana S3.
Sejarah Teknik Fisika di ITS, Surabaya
Program Studi Teknik Fisika pada awalnya
merupakan Pada awal berdirinya, bulan Nopember 1965, jurusan ini merupakan
salah satu Jurusan di Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) ITS, yang
pertama kali berdiri pada Nopember 1965. Dalam perkembangannya, sejak tanggal
10 Nopember 1983 bidang studi ini berkembang menjadi jurusan terpisah dan
berdiri di bawah Fakultas Teknologi Industri ITS dengan nama Program Studi
Teknik Fisika. Pemisahan secara resmi ditetapkan dalam Keputusan Dirjen Dikti
RI No. 116/Dikti/Kep/1984. Keberadaan Jurusan Teknik Fisika di FTI saat ini
tertuang dalam STATUTA ITS No.0443/o/1992 tanggal 18 Nopember 1992.
Pada tahun 1995 Jurusan Teknik Fisika FTI - ITS
membuka program studi D3 Instrumentasi sebagai jawaban atas tingginya
permintaan pasar terhadap tenaga ahli madya di bidang instrumentasi, dimana
calon mahasiswa Program Studi D3 Teknik Instrumentasi berasal dari beberapa SMU
dan SMK yang mayoritas di Jawa timur yang proses penerimaannya dilaksanakan
secara terpadu dengan program Studi D3 lainnya di ITS. Sedangkan lulusan
pertama Program Studi D3 Teknik Instrumentasi FTI - ITS terjadi pada semester
genap 1997 / 1998. Sekitar 30% aktivitas di Program Studi D3 Teknik
Instrumentasi merupakan pendidikan untuk meningkatkan keahlian lulusan melalui
praktikum di Laboratorium dan Kerja Praktek. Pada tahun 2011 Jurusan Teknik
Fisika FTI - ITS menambahkan bidang Metrologi pada program studi D3 Teknik
Instrumentasi dengan nama program studi D3 Metrologi dan Instrumentasi
Jurusan Teknik Fisika adalah salah satu Jurusan
di Fakultas Teknologi Industri ITS yang memberikan bekal ke mahasiswanya
berupa ; Ilmu Fisika dan matematika yang kuat serta rekayasa keduanya (
Rekayasa Instrumentasi, Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan, Rekayasa Bahan,
Rekayasa Energi dan Pengkondisian Lingkungan serta Rekayasa Fotonika ),
sehingga lulusannya cepat beradaptasi dengan lingkungan kerjanya, hal ini
merupakan ciri yang unik dari program pendidikan teknik fisika.
Sejarah Teknik Fisika di UGM, Yogyakarta
Jurusan Teknik Fisika merupakan salah satu
jurusan di Fakultas teknik UGM yang telah berdiri lebih dari 30 tahun yang
lalu. Jurusan ini didirikan pada tanggal 29 Agustus 1977, dan masih bernama
Jurusan Teknik Nuklir. Jurusan ini didirikan sebagai bagian dari kerjasama
Badan Tenaga Atom Nasional (sekarang Badan Tenaga Nuklir Nasional) BATAN dengan
Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terjalin sejak Kerja Sama Induk pada tanggal
5 November 1974 yang kemudian diperpanjang pada tanggal 22 Februari 1978. Kerja
sama ini dicatat dalam beberapa Naskah Pengaturan Kerjasama antara Fakultas
Teknik UGM dengan Pusat Penelitian Bahan Murni dan Instrumentasi (PPBMI) BATAN
Yogyakarta dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (pusdiklat) BATAN di Jakarta.
Ada dua tokoh penting yang berperan besar dalam
pendidirian Jurusan Teknik Nuklir ini, yaitu Ir. Soetojo Tjokrodihardjo, Dekan
Fakultas Teknik UGM saat itu, dan Prof. Ahmad Baiquni, M.Sc.,Ph.D, Dirjen BATAN
saat itu. Jurusan Teknik Nuklir didirikan didasari oleh pandangan tentang pentingnya
teknik nuklir, khususnya nuklir sebagai engineering, bukan sebagai sains atau
ilmu Jurusan ini dan juga bertujuan untuk bisa menjadi lambung sumber daya
manusia Indonesia di dalam pengembangan teknologi nuklir, terutama menyokong
pendiria PLTN pertama di Indonesia.
Jurusan Teknik Nuklir ini, ketika awal
pendiriannya masih belum berada di komplek Fakultas Teknik di jalan Grafika,
namun masih ditempatkan di Sekip bersama – sama Jurusan Teknik Kimia, Teknik
Geodesi dan KPTU Fakultas Teknik UGM . Baru pada tahun 1992 Jurusan Teknik
Nuklir ini dipindahkan ke Grafika. Pada awal pendiriannya, Jurusan Teknik
Nuklir UGM menyelenggarakan pendidikan hanya pada tingkat Sarjana saja selama
hanya empat semester. Pada saat itu, JTN juga memberikan kesempatan pada mahasiswa
baru yang mempunyai ijazah Sarjana Muda Teknik Kimia, Teknik Mesin, Teknik
Elektro, Fisika dan Kimia, di samping mahasiswa tugas belajar dari beberapa
instansi. Seperti yang telah diungkapkan di atas, Jurusan Teknik Nuklir tidak
langsung membuka kelas sarjana Strata – 1, namun baru pada tahun akademik
1981/1982 , sedangkan program lama ditutup pada semester ganjil tahun akademik
1984/1985. Karena adanya keinginan untuk memperluas kompetensi keilmuan di
bidang energi, dan tidak hanya berkonsentrasi di bidang Nuklir, maka pada tahun
1998 teknik Nuklir mengadakan satu prodi tambahan yaitu Fisika Teknik. Dalam
prodi Fisika teknik ini dipelajari berbagai macam sumber energi dan
rekayasanya, seperti Rekayasa Energi Alternatif, Air, Angin, Biomassa, Nuklir,
dan Surya hingga Kebijakan, Konservasi, dan Manajemen Energi dan juga Optimasi
Pembangkitan Daya-nya. Selain kompetensi pendidikan pada bidang Rekayasa dan
Manajemen Energi, di Program studi Fisika Teknik UGM mahasiswa dapat menekuni
bidang Instrumentasi dan Kontrol, Fisika Bangunan dan Akustik, dan Teknologi
Material.
Dan akhirnya pada tanggal 25 Juli 2001, Jurusan
Teknik Nuklir UGM berganti nama menjadi Jurusan Teknik Fisika yang memiliki dua
Prodi yaitu Teknik Nuklir dan Fisika Teknik. Jurusan Teknik Fisika UGM dikenal
sebagai jurusan yang menghasilkan mahasiswa dan lulusan yang mampu
mengaplikasikan secara kuat ilmu fisika dan matematika serta rekayasa keduanya.
Namun tidak menutup kemungkinan mahasiswa dan lulusannya mampu di bidang
lainnya karena cakupan di Teknik Fisika sangatlah luas. Hal inilah yang menjadi
ciri khas Jurusan Teknik Fisika.
Sejarah Teknik Fisika UNAS, Jakarta
Berdirinya Teknik Fisika Universitas Nasional
Ketika itu berawal dari sebuah paper yang ditulis oleh Ir. Sriati Djafrie Mme. Met.
( Alumni Teknik Fisika ITB ) beliau menulis mengenai pendidikan Teknik
Khususnya Teknik Mesin di UI. Waktu itu dalam paper beliau mengemukakan
“integrated approach” khususnya di bidang pendidikan material di Fakultas
Engineering/ Fakultas Teknik, Paper tersebut sempat hilang tidak diketemukan
oleh beliau sampai akhirnya entah kenapa sampai di tangan Bapak Prof. Sutan
Takdir Alisyahbana, yang ketika itu menjabat sebagai Rektor Universitas
Nasional, yang akhirnya diadakan diskusi. Di waktu diskusi tersebut Ir. Sriatie
Djafrie Mme. Met. Ditemani Bapak Bambang Permadi dari Fakultas MIPA UNAS, yang
akhirnya tercapai kesepakatan untuk membuka Jurusan Teknik Fisika di UNAS.
Titik awal dari semua itu tidaklah mudah dengan mulai menata kesemuanya itu
dari nol, belum ada dosen, ruang belajar dan lain sebagainya dikarenakan suatu
Fakultas dan Jurusan yang masih muda. Kuliah pertama berlangsung di kampus Jln
Diponegoro ( di depan rumah sakit RSCM ), Kampus Manggarai di dekat satasiun
kereta api dan terakhir pada saat ini Kampus Pejaten, Banyak bantuan dan
dukungan diberikan oleh alm Ibu Sulaiman, Bapak Cucuk Muhardjo, Bapak Hermono,
Bapak Wijono, Bapak Rinaldi Bujang, Bapak Muntoro, dosen2 pada tahap awal,
terlalu banyak disebutkan satu persatu yang setia memberikan kuliah, untuk saat
ini Teknik Fisika UNAS merupakan salah satu program studi Enggineering pertama
di Universitas Nasional semenjak tahun 1974, Teknik Fisika UNAS merupakan cikal
bakal dari Fakultas Teknik UNAS, dalam perkembangannya Teknik Fisika UNAS sudah
banyak menelurkan / melahirkan beberapa alumni yang tersebar di berbagai
nusantara maupun di dunia internasional yang diantaranya adalah, Dr Ir Wahyudin
Latunrein, Ir. M dayuf Yusuf, M.eng, Prof. Dr. Ir. H Djuheri CD MM. MBA ( Guru
besar Teknik Fisika UNAS ). Ir Erman Adharian, MT. Dan alumni lainnya yang
tidak tersebutkan namanya
Kurikulum pendidikan teknik fisika di Indonesia
Kurikulum Program Sarjana (S1) di Teknik Fisika
berlangsung dalam tiga tahap dengan total kredit adalah 144 sks. Pada tahap
pertama atau Program Tahap Persiapan Bersama (TPB) mahasiswa akan mempelajari
ilmu-ilmu dasar. Pada tahap kedua atau Tahap Sarjana Muda, mahasiswa akan
mempelajari dasar-dasar ilmu rekayasa, dan pada Tahap Sarjana, mahasiswa akan
dibekali dengan bidang-bidang keahlian yang diminatinya.
Bidang Keahlian Teknik Fisika
Bidang-bidang keahlian bidang Teknik Fisika
antara lain :
·
Kelompok Bidang Keahlian
Instrumentasi dan Kontrol
·
Kelompok Bidang Keahlian
Fisika Bangunan, Akustik dan Energi
·
Kelompok Bidang Keahlian
Rekayasa Bahan (Semi konduktor, Super konduktor, Komposit, Bahan Elektronik)
·
Kelompok Bidang Keahlian
Optik dan Laser
Bidang Ilmu Dasar
1. Fisika
2. Kimia
3. Konsep Teknologi
4. Matematika
5. Humaniora
Dasar Rekayasa
1. Matematika Rekayasa
2. Fenomena Gelombang
3. Termodinamika
4. Elektronika
5. Medan Elektromagnetik
6. Metode Pengukuran
7. Fenomena Transport
8. Sistem Logika Digital
9. Kontrol Otomatik
10.Fisika Material
11. Teknologi Sensor
Beberapa kuliah pilihan
1. Instrumentasi dan Pengukuran Industri
2. Analitik
3. Akustik
4. Optik
5. Kontrol Modern
6. Sistem Kontrol Cerdas
7. Teknik Pencahayaan
8. Teknologi Proses Material
9. Manajemen & Ekonomi Kerekayasaan
Profil Lulusan dan Lapangan Kerja[sunting | sunting sumber]
Lulusan Teknik Fisika bekerja di berbagai
industri sebagai insinyur profesional di bidang instrumentasi dan kontrol (instrumentation
and control), akustik dan teknik pencahayaan (lighting), teknologi
bahan (material science), serta tata udara (refrigeration and air
conditioning), staf peneliti di bidang teknologi terapan, staf pengajar di
institusi pendidikan. Kelebihan yang spesifik dari lulusan Teknik Fisika adalah
kemampuannya untuk bekerja dengan sistem yang melibatkan secara simultan banyak
aspek fisika dan teknik.
Meskipun demikian, dunia industri di Indonesia
pada umumnya hanya mengenal keahlian instrumentasi dan kontrol adalah keahlian
dari alumni Teknik Fisika. Sehingga profesi insinyur instrumentasi (instrument
engineer), insinyur pengendalian (control engineer), insinyur otomatisasi
(automation engineer) dan lain-lainnya selalu ditempati oleh para insinyur
lulusan Teknik Fisika.
Industri yang menyerap lulusan Teknik
Fisika :
·
Industri Rekayasa dan
Konstruksi (EPC : Engineering, Procurement & Construction)
Industri ini dimotori oleh perusahaan-perusahaan
yang menangani rancang bangun suatu pabrik (plant) (contohnya: kilang minyak,
pabrik petrokimia, pembangkit listrik), atau merancang bangun fasilitas
produksi (contohnya: anjungan minyak dan gas lepas pantai, jalur produksi /
perakitan otomatis, dll.). Rancang bangun ini dilakukan mulai dari atas kertas
hingga mulai beroperasi.
Dalam pengerjaan rancang bangun suatu pabrik
atau fasilitas produksi ini, lulusan teknik fisika akan bekerja sama sangat
erat dengan process engineer (biasanya lulusan teknik kimia). Process engineer
akan merancang dan menentukan alur proses dan unit-unit pemroses apa saja yang
diperlukan, dan menuangkannya dalam process flow diagram serta P&ID (piping
and instrument diagram). Sebagai instrument engineer, lulusan teknik fisika
kemudian akan memberi input dan memfasilitasi otomatisasinya dengan
diantaranya :
1. Merancang dan atau memilih alat ukur besaran
proses yang sesuai (mis.: orifice DP flowmeter atau ultrasonic flowmeter?)
2. Merancang dan atau memilih final control
element (mis.: menentukan kapasitas, karakteristik dan material dari control
valve)
3. Mendiskusikan dan menentukan strategi kontrol
yang tepat (mis.: proses bersifat sequential atau kontinu?)
4. Merancang sistem pengaman proses (process
safety/safeguarding system) (mis.: safety logic diagram, cause and effect
diagram)
5. Merancang dan atau memilih implementasi
teknologi otomasi yang sesuai (mis.: menggunakan PLC atau DCS?)
6. Memfasilitasi agar representasi
besaran-besaran proses tersedia di layar monitor control room (mis.: gambar
pompa warna merah berarti pompa tersebut trip, dll.)
7. Mengkaji P&ID beserta dokumen terkait
lainnya dalam HAZOP (hazard & operability studies) bersama-sama process
engineer, piping engineer, mechanical engineer, operation engineer, maintenance
engineer, safety engineer, dll. untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
kekurangan yang ada sebelum disain dari pabrik atau fasilitas produksi
dibangun. (mis.: apakah tersedia alarm proses, alarm kebocoran gas, alarm
kebakaran, emergency shutdown, dll. yang sesuai?)
Interface dengan piping engineer dan mechanical
engineer (lulusan teknik mesin) juga diperlukan untuk menentukan karakteristik
dari material instrumentasi, menentukan cara penempatannya di perpipaan dan
tanki / unit proses, dll. Sedangkan interface dengan electrical engineer
(lulusan elektro arus kuat) diperlukan untuk memfasilitasi tersedianya indikasi
dan alarm alat produksi (pompa, kompresor, turbin, dll.) di control room.
Berikut adalah beberapa nama perusahaan nasional
maupun multinasional yang bergerak dalam bidang rancang bangun pabrik dan
fasilitas produksi yang banyak memiliki insinyur instrumentasi didalamnya: PT
Tripatra, PT Rekayasa Industri, PT McDermott Indonesia, PT IKPT, PT Amec Berca,
PT KBR Indonesia, PT Gunanusa Fabricator, PT. Technip, PT CeriaWorley, PT
Pertafenikki, PT Saipem, dll. Untuk melihat contoh aktivitas pekerjaan apa saja
yang dilakukan dapat dilihat di website masing-masing, seperti :
tripatra.com, technip.com, etc.
·
Industri Produk Sistem
Instrumentasi dan Integrator Sistem
Industri ini dimotori oleh perusahaan-perusahaan
yang memproduksi sistem instrumentasi dan kontrol (vendor) maupun perusahaan
yang bersifat melakukan perancangan sistem kendali pabrik terintegrasi. Adanya
produksi instrumentasi dengan berbagai jenis merek, memungkinkan suatu pabrik
menggunakan sistem instrumentasi dan kontrol dengan merek yang berbeda-beda
dimulai dari lapangan sampai ke tingkat manajemen parbik. Dibutuhkan suatu
usaha untuk mensinkronkan kerja dari alat-alat tersebut supaya berfungsi dengan
baik dan optimal. Suatu perusahaan bisa murni melakukan pekerjaan integrasi
sistem ataupun melakukan pekerjaan integrasi sistem sekaligus menjual produk
instrumentasi. Berikut adalah beberapa nama perusahaan nasional maupun
multinasional yang bergerak sebagai supplier dan service provider perangkat
instrumentasi dan kontrol, dan banyak memiliki insinyur instrumentasi
didalamnya: PT Yokogawa Indonesia, PT Widya Pandu Ekatama, PT Control System
Indonesia, PT Transavia Otomasi Pratama, PT Wifgasindo Dinamika Instrument
Engineering, PT Somit Karsa Trinergi, dll. Untuk melihat contoh perangkat
instrumentasi dan kontrol, website vendor induknya dapat dilihat,
seperti : emersonprocess.com, yokogawa.com, etc.
·
Industri Pengolahan dan
Manufaktur
Pabrik atau fasilitas produksi yang sudah
berjalan memerlukan insinyur instrumentasi dan kontrol untuk melakukan
perawatan, penyelesaian masalah ataupun perancangan sistem baru yang akan
ditambahkan pada pabrik atau fasilitas produksi. Hal ini karena semua industri
sekarang menggunakan otomatisasi sebagai bagian integral dari unit proses atau
fasilitas produksi. Tanpa otomatisasi atau instrumentasi pabrik atau fasilitas
produksi akan menjadi sangat tidak efisien dan seringkali membahayakan.
Industri pengolahan dan manufaktur memiliki
banyak ragam, mulai industri hulu hingga hilir seperti : industri minyak
dan gas, industri pupuk, industri semen, industri makanan dll. Industri
manufaktur memiliki banyak ragam dari mulai industri manufaktur elektronika,
manufaktur kendaraan bermotor (mobil/motor), manufaktur peralatan industri,
dll. Berikut adalah beberapa nama perusahaan nasional maupun multinasional yang
memiliki pabrik atau fasilitas produksi dan banyak memiliki insinyur instrumentasi
didalamnya: PT ExxonMobil Oil Indonesia, PT Chevron Indonesia, PT. Total
E&P Indonesie, PT Pertamina E&P, PT Medco Indonesia, PT Pupuk Kaltim,
PT Chandra Asri, PT Asahimas Chemical, PT Semen Gresik, PT Unilever Indonesia,
PT Panasonic Indonesia, PT Astra International, dll.
Sarjana Teknik Fisika sebagai serba guna
Kurikulum Teknik Fisika yang bersifat
multi-disiplin memungkinkan lulusannya untuk secara alami bekerja menangani
sistem yang bersifat multi-variable. Salah satu "habitat" lulusan
teknik fisika yang bersifat multi-variable adalah lingkungan profesi Insinyur
Instrumentasi / Otomasi.
0 Comment "sejarah adanya fisika murni"
Posting Komentar